Uncategorized

Diskusi Publik Pemuda ICMI Sumsel & Aliansi Mahasiswa Palembang: Ajak Seluruh Stakeholder Dukung Kenaikan Harga Gabah Padi

28
×

Diskusi Publik Pemuda ICMI Sumsel & Aliansi Mahasiswa Palembang: Ajak Seluruh Stakeholder Dukung Kenaikan Harga Gabah Padi

Sebarkan artikel ini

Palembang – buserpos9.id / 22 Maret 2025 – Pemuda ICMI Sumatera Selatan (Sumsel) bersama Aliansi Mahasiswa Palembang (AMP) menggelar diskusi publik bertajuk “Peran Pemuda Sumsel Dalam Mendukung Kenaikan Harga Gabah Padi Untuk Menjadikan Sumsel Mandiri Pangan”. Acara yang diadakan di Cafe Sodara X South Station Palembang ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai universitas di Palembang.

Kegiatan ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Ketua Pelaksana Dharma Jusuf Bhatoen, Koordinator AMP Zulkifli Saputra Ependi, Sekretaris Rico Erdiyanto, serta Bendahara M. Royhan Fahrezi. Selain itu, diskusi ini juga menghadirkan pemateri dan pembicara utama seperti Andi Wiradinata, S.Pi, Reza Wahya, S.T., M.DevPrac, M. Iqbal, S.H., M.E, serta Wakil Pimpinan Bulog Sumsel Babel, Rasiwan, S.H. Keynote speaker dalam acara ini adalah Ketua Pemuda ICMI Sumsel, Zainul Arifin, S.H., M.H.

Bulog Pastikan Harga Gabah Rp 6.500 per Kilogram

Dalam diskusi ini, Wakil Pimpinan Bulog Sumsel Babel, Rasiwan, S.H., menegaskan bahwa pemerintah telah menugaskan Bulog untuk menyerap gabah petani dengan harga Rp 6.500 per kilogram.

“Tugas mulia ini untuk memastikan harga gabah di tingkat petani tetap stabil di Rp 6.500. Kami sudah membentuk tim jemput gabah di sentra-sentra pertanian di setiap kabupaten untuk mengawal jadwal panen. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan TNI, Babinsa, serta koordinator penyuluh pertanian di masing-masing wilayah,” ujar Rasiwan.

Menurutnya, Bulog tidak bisa bekerja sendiri dalam menjaga harga gabah, sehingga diperlukan kolaborasi dari seluruh stakeholder, termasuk pelaku usaha dan pemerintah daerah.

“Sumsel adalah salah satu dari lima besar daerah penghasil padi di Indonesia. Ini menjadi tantangan bersama untuk memastikan harga gabah tetap menguntungkan petani. Oleh karena itu, kami mengajak semua pihak untuk turun langsung membeli gabah dengan harga yang telah ditetapkan,” tambahnya.

Strategi Penyerapan Gabah dan Tantangan Panen

Bulog terus berkoordinasi dengan sentra-sentra pertanian di Sumsel agar jadwal panen bisa diatur dengan baik. Hal ini penting untuk memastikan kapasitas pengolahan gabah tetap optimal.

“Puncak panen saat ini terjadi pada bulan Maret dan April. Kami akan menyerap hasil panen secara bergiliran agar semua petani bisa mendapatkan harga yang layak. Sampai hari ini, proses penyerapan masih terus berlangsung,” jelasnya.

Selain menyerap gabah untuk cadangan Bulog, hasil panen juga akan didistribusikan ke pasar umum agar tidak terjadi kelangkaan beras di pasaran.

“Kami hanya menjalankan tugas sesuai regulasi dari Badan Pangan Nasional yang menetapkan harga beli gabah kering panen di angka Rp 6.500 per kilogram. Dengan kerja sama yang baik, Sumsel bisa mempertahankan posisinya sebagai salah satu lumbung padi nasional,” katanya.

Pemuda Berperan dalam Ketahanan Pangan

Ketua Pemuda ICMI Sumsel, Zainul Arifin, S.H., M.H., menegaskan bahwa peran pemuda sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan daerah. Ia mengajak pemuda untuk lebih aktif berkontribusi dalam sektor pertanian, tidak hanya di bidang akademik tetapi juga praktik langsung di lapangan.

“Kami ingin membangun kesadaran di kalangan pemuda bahwa pertanian adalah sektor yang menjanjikan. Petani tidak hanya terbatas pada karet atau sawit, tetapi juga harus kembali ke sektor pangan, termasuk padi. Kita harus membangun ekosistem pertanian yang lebih kuat,” ujarnya.

Menurutnya, inovasi di bidang pertanian harus terus dikembangkan agar Sumsel tidak tertinggal dari daerah atau negara lain.

“Di negara lain, inovasi pertanian mereka jauh lebih maju. Kita harus bergerak bersama, baik dari pemerintah, Bulog, maupun masyarakat, termasuk pemuda, agar pertanian di Sumsel semakin berkembang. Ini adalah sektor yang harus dijaga turun-temurun,” tegasnya.

Zainul juga menyoroti pentingnya pendidikan dan edukasi bagi masyarakat tentang potensi ekonomi dari sektor pertanian.

“Orang tua harus mengedukasi anak-anaknya bahwa bertani bisa menjadi jalan menuju kesejahteraan. Jangan sampai saat panen justru kita impor beras dari luar, yang pada akhirnya malah merugikan petani lokal. Maka, anak-anak muda harus kita dorong untuk kembali ke pertanian,” pungkasnya.

Dengan adanya diskusi publik ini, diharapkan semua pihak dapat berperan aktif dalam menjaga stabilitas harga gabah, sekaligus memperkuat ketahanan pangan Sumatera Selatan. (FIRDAUS)